5 Fakta Tentang Rumah Jagal Penjara Sednaya Suriah

Penjara Sednaya di Suriah, yang dikenal sebagai “rumah jagal” oleh Amnesty International, telah menjadi simbol kekejaman rezim Bashar al-Assad selama lebih dari 13 tahun perang saudara. Sejak perang saudara Suriah dimulai pada 2011, ribuan orang telah ditahan, disiksa, dan dieksekusi di sana.

Penjara ini digunakan untuk membungkam oposisi dan menakut-nakuti rakyat Suriah. Kelompok hak asasi manusia menyebut Saydnaya sebagai “rumah jagal manusia” karena tindakan penyiksaan dan pembunuhan massal yang terjadi di sana.

Sejak runtuhnya rezim Assad pada Minggu (8/12/2024), banyak warga sipil Suriah yang berharap mendapatkan kabar tentang kerabat mereka yang hilang. Mereka berbondong-bondong menuju penjara ini, berharap dapat menemukan jejak orang-orang yang telah hilang dalam sistem penjara yang kejam ini.

Melansir The New York Times dan BBC, Sabtu (14/12/2024), terdapat 5 fakta mengenai Penjara Sednaya di Suriah.

  1. Sejarah dan Lokasi Penjara

Sednaya dibangun pada tahun 1987 di sebuah bukit di utara Damaskus sebagai penjara militer untuk para tahanan politik.

Sebelum perang saudara dimulai, penjara ini sudah terkenal dengan penyiksaan yang meluas. Ketika perang dimulai, jumlah tahanan melonjak drastis hingga mencapai 20.000 orang, dari yang awalnya hanya sekitar 1.500 pada tahun 2007. Penjara ini menjadi tempat terakhir bagi tahanan yang telah lama dipindahkan dari pusat penahanan lainnya.

  1. Tahanan yang Dimasukkan ke Sednaya

Awalnya, banyak tahanan di Sednaya adalah kelompok Islamis yang didorong oleh pemerintah Suriah untuk bergabung dengan cabang Al Qaeda yang berperang melawan Amerika Serikat di Irak. Setelah kembali ke Suriah, Presiden Assad memenjarakan mereka untuk menghindari ancaman terhadap pemerintahannya.

Namun, sejak meletusnya protes antipemerintah pada 2011, banyak orang termasuk aktivis, jurnalis, dokter, dan mahasiswa yang dipenjara, banyak di antaranya dipindahkan ke Sednaya.

  1. Kondisi Penyiksaan yang Kejam

Menurut Laporan dari Amnesty International dan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), kondisi di Sednaya sangat mengerikan. Para tahanan disiksa dengan cara yang kejam, termasuk pemukulan, pelecehan seksual, dan penghinaan fisik lainnya. Banyak yang meninggal akibat luka atau penyakit yang tidak diobati. Para tahanan hidup dalam sel yang sesak dan kotor, dengan sedikit akses ke makanan, air, atau fasilitas sanitasi.

Setiap pagi, penjaga mengumpulkan mayat para tahanan yang meninggal dalam semalam dan membawanya ke rumah sakit militer. Di sana, kematian mereka dicatat sebagai gagal jantung atau pernapasan. Setelah itu, mayat-mayat tersebut diangkut dengan truk ke kuburan massal di luar Damaskus.

  1. Eksekusi Massal dan Pengadilan Palsu

Berdasarkan laporan Amnesty yang mengutip mantan pejabat, para tahanan di Sednaya sering disiksa untuk memberikan pengakuan. Setelah itu, mereka dibawa ke pengadilan lapangan militer. Mereka dijatuhi hukuman setelah persidangan singkat yang hanya berlangsung dua atau tiga menit.

Setiap minggu, bahkan dua kali seminggu, penjaga menarik kelompok tahanan yang terdiri dari hingga 50 orang dari sel mereka, mengklaim mereka akan dipindahkan ke penjara sipil.

Namun, mereka malah dibutakan matanya, dipukuli dengan keras di ruang bawah tanah, lalu dibawa ke gedung lain untuk digantung pada tengah malam.

Sebuah eksekusi massal yang disebut oleh petugas penjara sebagai “pesta”. Diperkirakan antara 5.000 hingga 13.000 orang tewas di Sednaya dari tahun 2011 hingga 2015, dengan banyak dari mereka dieksekusi tanpa proses pengadilan yang sah.

  1. Keadaan dan Nasib Para Tahanan Sekarang

Menurut Direktur Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Fadel Abdul Ghany, yang telah secara ketat memantau labirin penjara al-Assad, setelah jatuhnya rezim Assad, sekitar 2.000 tahanan dilepaskan. Namun, sebagian besar dari 11.000 tahanan yang masih ada ketika pemerintah digulingkan tidak ditemukan.

Banyak yang diduga telah dibunuh, dan keluarga yang mencari orang yang hilang masih berharap bisa menemukan mereka.

“Merebut kota adalah sebuah kegembiraan, kami bersuka cita,” kata seorang pejuang pemberontak, Mohammad Bakir.

“Tapi kemenangan yang sebenarnya adalah ketika aku menemukan keluargaku,” tambahnya.

Bakir belum mendengar kabar dari ibu, saudara laki-laki dan sepupunya sejak mereka menghilang pada 2012 setelah melakukan protes terhadap pemerintah.

Organisasi pertahanan sipil sukarelawan di Suriah, White Helmets, melaporkan telah membantu membebaskan sekitar 20. hingga 25 ribu orang dari penjara Sednaya. Namun, mereka juga mencatat ribuan tahanan lainnya masih belum diketahui keberadaannya.

Kelompok ini mengirim tim khusus ke Sednaya untuk mencari sel tersembunyi yang diduga menampung lebih banyak tahanan. Berdasarkan laporan yang ada, mereka mencari elemen rahasia di dalam penjara, tetapi sekitar tengah malam, mereka tidak menemukan bukti keberadaan kamar tersembunyi.

Asosiasi Tahanan & Orang Hilang di Penjara Sednaya menyatakan bahwa mereka memperoleh dokumen yang menunjukkan ada sekitar 4.300 tahanan pada tanggal 28 Oktober 2024, dan sekitar jumlah itu telah dibebaskan. Dalam sebuah pernyataan, mereka menegaskan tidak ada kebenaran mengenai adanya tahanan yang terjebak di bawah tanah.